SULUTMEDIA.COM, Manado–Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Noongan Langowan, yang bersejarah sebagai RS TBC pertama di Indonesia Timur peninggalan Belanda, kini menghadapi tantangan infrastruktur yang kritis.

Meskipun menjadi fokus rujukan ‘Paru’ Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan Kementerian, RS milik Pemprov Sulut ini ternyata tidak memiliki ruang isolasi berteknologi hepafilter yang memadai.
Hal ini terungkap dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV DPRD Sulut yang dipimpin oleh Ketua Vonny Paat, didampingi Wakil Ketua Louis Carl Schramm dan Maslimah Mongilong, Vionita Kuera, pada Selasa (28/10).
RDP tersebut membahas usulan anggaran APBD Induk 2026 untuk Dinas Kesehatan dan RS Pemerintah Provinsi.
Kondisi Pasien TBC yang Memprihatinkan
Direktur RS Noongan, dr. Inggrid Giroth, M.Kes, menyampaikan bahwa peningkatan kasus Tuberkulosis (TBC) di tengah ketiadaan fasilitas standar memaksa pihak rumah sakit mengambil langkah darurat yang memprihatinkan.
”Mohon perhatian di mana pengidap Tuberculosis sekarang lagi meningkat. Bahkan ada pasien yang mengeluh ruang isolasi full, dan terpaksa kami pindahkan di ruang yang dulunya stal kuda,” ungkap Dirut Inggrid.
Ruang isolasi yang tersedia saat ini, dengan 10 tempat tidur, disebut hanya mengandalkan sistem “alamiah” tanpa adanya filter udara berteknologi tinggi (hepafilter) yang seharusnya wajib untuk penanganan penyakit menular via udara seperti TBC.
Meskipun bekas stal kuda tersebut sudah direhabilitasi, kondisinya diakui masih memprihatinkan, bahkan Ketua Fraksi Gerindra, Louis Schramm, sudah melihatnya secara langsung.
Lolos BPJS Berkat ‘Trik’ dan Urunan Dokter
Selain isu infrastruktur, Dirut Giroth juga menceritakan perjuangan RS Noongan untuk tetap bisa bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
”Kami baru-baru ada rekredensial BPJS. Memang ada kenaikan cukup signifikan dari tahun lalu, dimana kami mendapat kredensial dengan poin hanya 69. Kami hampir tidak direkomendasikan untuk bekerja sama karena batasnya harusnya 70,” jelas dr. Inggrid.
Berkat “berbagai trik” yang diterapkan, RS Noongan berhasil meraih poin 78 di tahun ini. Namun, Giroth mengakui bahwa ketiadaan anggaran pemeliharaan di tahun 2025 memaksa para dokter spesialis untuk berkorban.
”Memang disana para dokter spesialis juga menyumbang untuk keperluan seperti cat, lampu, dan lain-lain karena kami tidak mempunyai anggaran pemeliharaan di tahun ini,” beber Giroth, sembari berharap kebutuhan mendesak untuk APBD Induk 2026 mendapat dukungan penuh dari DPRD Sulut dan perhatian Gubernur Mayjen TNI Purn Yulius Selvanus SE.
Dirut Inggrid Giroth menegaskan bahwa kebutuhan ini termasuk prioritas Daerah dan pihaknya telah berupaya hingga ke Kementerian untuk mengajukan proposal perbaikan. Dukungan anggaran tahun 2026 diharapkan dapat segera mengatasi kondisi urgen ini.
Reporter: Donald Audy







Komentar